Sabtu, 12 Januari 2019

Pengguna Internet Di Indonesia Mencapai 143 Juta

Pengguna Internet Di Indonesia Mencapai 143 Juta

Asosiasi Penyedia Layanan Internet di Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa penetrasi internet di daerah pedesaan di negara itu tetap rendah, dan merupakan “pekerjaan rumah” yang perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan untuk “bekerja bersama.”

Dari hasil survei 2017 yang diterbitkan asosiasi, penetrasi pengguna internet di tingkat kota atau kabupaten terkonsentrasi di perkotaan (72,41 persen), pedesaan-perkotaan (49,4 persen), dan pedesaan (48,25 persen). Tingginya jumlah penetrasi internet di wilayah ini disimpulkan dari ketersediaan serat optik dan infrastruktur pendukung layanan internet lainnya.

Hasil survei ini sangat terkait dengan jumlah total penetrasi pengguna internet di Indonesia, yang mengalami sedikit pertumbuhan delapan persen dari 132,7 juta menjadi 143,26 juta, setara dengan 54,68 persen dari 262 juta penduduknya.

Menurut asosiasi, pertumbuhan yang sempit ini disebabkan oleh pertumbuhan penetrasi internet yang melambat di daerah perkotaan, karena dukungan infrastruktur meningkat. Tetapi situasi di daerah pedesaan-perkotaan dan perkotaan tidak jauh berbeda.

Namun, APJII tetap yakin bahwa kualitas layanan internet akan terus meningkat dengan proyek satelit Palapa Ring yang sedang berlangsung dari pemerintah. Proyek ini adalah suatu harapan untuk penetrasi internet yang lebih luas di seluruh negeri.

“Pertumbuhan tinggi di daerah perkotaan disebabkan oleh infrastruktur yang menyeluruh, yang mengarah ke [layanan internet] berkualitas tinggi. Tetapi ada urgensi untuk meningkatkan [infrastruktur] di daerah pedesaan, ”Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi menjelaskan.

Ini adalah data pengguna internet di Indonesia 2017-2019


Internet penetration in Indonesia

Internet users based on areas


Internet user growth


Internet user composition based on age


Device ownership percentage


Internet penetration in cities and regencies


Device ownership based on residencies



Perangkat yang banyak digunakan untuk mengakses internet adalah smartphone. Di wilayah perkotaan, kepemilikan ponsel cerdas mencapai 70,96 persen, dengan 45,42 persen di daerah pedesaan-perkotaan dan 42,06 persen di daerah pedesaan. Komputer desktop cenderung memiliki penggunaan lebih rendah dengan 31,55 persen di daerah perkotaan, 23,42 persen di pedesaan-perkotaan, dan 23,83 persen di daerah pedesaan.

Melihat komposisi pada distribusi pengguna internet, pulau Jawa terus mendominasi dengan 58,08 persen, diikuti oleh Sumatera (19,09 persen), Kalimantan (7,97 persen), Sulawesi (6,73 persen), Bali-Nusa Tenggara (5,63 persen) ), dan Maluku-Papua (2,49 persen).

Sementara itu, berdasarkan usia mereka, pengguna berusia 19-34 tahun adalah kontributor terbesar dengan 49,52 persen, diikuti oleh 35-54 tahun (29,55 persen), 13-18 tahun (16,68 persen), dan di atas 54 tahun (4,24 persen). Berdasarkan jenis kelamin, basis pengguna didominasi oleh laki-laki (51,43 persen) dengan perempuan membuat 48,57 persen dari mereka.

Perilaku pengguna


Durasi penggunaan internet


Keamanan cyber


Menggunakan aplikasi buatan lokal


Internet untuk bisnis dan ekonomi


Jenis layanan yang digunakan

Hal lain yang menarik dari laporan ini adalah durasi penggunaan internet harian, dipimpin oleh satu hingga tiga jam (43,89 persen), diikuti oleh empat hingga tujuh jam (29,63 persen) dan lebih dari tujuh jam (26,48 persen).

Jenis layanan yang paling populer adalah aplikasi obrolan (89,35 persen), media sosial (87,13 persen), mesin pencari (74,84 persen), pencarian gambar (72,79 persen), menonton video (69,64 persen), dan masih banyak lagi. Jumlah terendah dimiliki oleh kegiatan perbankan (7,39 persen).

Rendahnya jumlah penggunaan aplikasi perbankan, menurut APJII, adalah karena masalah keamanan di antara pengguna internet. Responden menyatakan bahwa mereka sadar akan kemungkinan diambilnya data mereka (65,98 persen), dan adanya penipuan online (83,98 persen).

Responden merasa penting bagi mereka (61,38 persen) untuk menjaga kerahasiaan perangkat mereka dan menginstal anti-virus (58,52 persen).

Mengenai kegiatan yang terkait dengan bisnis dan perdagangan, APJII mengungkapkan bahwa sebagian besar pengguna membandingkan harga (45,14 persen), melakukan tugas terkait pekerjaan (41,04 persen), memperoleh informasi pembeli (37,82 persen), belanja online (32,19 persen) , dengan persentase terkecil menjual barang secara online (16,83 persen).

Pengguna internet Indonesia juga memiliki minat yang rendah dalam menggunakan aplikasi buatan lokal. Mayoritas responden mengklaim bahwa mereka secara kasar (56,79 persen) menggunakannya, dengan hanya 23,46 persen yang sering menggunakannya. Bahkan 14,2 persen mengklaim bahwa mereka tidak pernah menggunakannya.


Menggunakan teknik pengambilan sampel yang berbeda

Untuk survei ini, APJII mengumpulkan 2.500 responden, jumlah yang lebih besar dari laporan sebelumnya 1.250 responden. Tim menggunakan metode multi-stage cluster sampling dan mengumpulkan data melalui penggunaan kuesioner dan wawancara.

Dengan metode pengambilan sampel baru ini, APJII bertujuan untuk memahami lebih banyak tentang penetrasi internet berdasarkan pada basis pengguna, dibandingkan dengan laporan sebelumnya yang menggunakan metode area pengambilan sampel berdasarkan analisis tingkat provinsi.

“Dengan survei ini, kami dapat memperbesar masalah yang dihadapi oleh masing-masing wilayah. Berdasarkan hasil survei, jelas bahwa daerah pedesaan akan membutuhkan intervensi khusus, ”kata Kasyfi.

source: https://e27.co/internet-user-penetration-indonesia-reaches-143m-people-report-20180220/
Disqus Comments